Assalamualaikum wr.wb.. akhi wa ukhti fillah, Selamat Datang Di Blog Lingkar Siswa Khatulistiwa... Save Our Young Generation

Selamat Datang Di Blog LPSI-LSK

Assalamualaikum..... sobat semuanya dimanapun berada......
Selamat datang di blog Lingkar Siswa Khatulistiwa.
Organisasi ini berawal dari Forum Lingkar Siswa (FLS) yang bergerak menyentuh pembinaan moral pelajar sekolah menengah atas (SMA & Sederajat) di kota Pontianak, Kalimantan Barat. Sekarang FLS yang telah berkembang berganti nama menjadi Lembaga Pembinaan Siswa Islam Lingkar Siswa Khatulistiwa (LPSI-LSK) hadir di tengah-tengah insan pendidikan guna mempersiapkan generasi terbaik menjawab tuntutan perubahan dan perkembangan jaman menuju masa depan. ck.ck.ck
lembaga ini mempunyai motto: Save Our Young Generation!


Galang Dana Pelajar Untuk Prestasi Masa Depan :
Transfer via Rekening
a.n. Dewi Sukmawati QQ LPSI-LSK
BSM No. 0257051281


Untuk Keterangan Lebih Lanjut
hub. : 08125782632

Dokumentasi Kegiatan LSK

Rabu, 18 Maret 2009

Kasih Sayang Seperti Mentari

Oleh : Iman Santosa (staff Divisi Program LSK)

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia


Lagu di atas mungkin sudah sering kita dengar. Sebuah lagu anak yang sangat popular. Terdengar sederhana memang, namun jika kita renungkan dan coba selami maknanya, akan kita temukan sebuah pesan indah bagi kita semua.
Begitulah cinta seorang ibu. Sehingga tidak pernah salah pepatah yang mengatakan kasih anak sepanjang galah, tapi kasih ibu sepanjang jalan. Karena cinta dan kasih seorang anak selalu dapat di ukur. Ia bisa dikalkulasikan dalam hitungan-hitungan materi. Ia berbatas dan putus. Tetapi tidak demikian cinta seorang ibu. Ia akan mengalir sepanjang jalan. Sepanjang kehidupan masih berjalan. Bahkan terkadang melampaui batasan-batasan waktu dan usia.
Seorang pemuda menemui khalifah Umar bin Khatab. Ia adalah pemuda yang soleh. Begitu mencintai ibunya. Di gendongnya ibunya yang lumpuh itu kemanapun sang ibu ingin pergi. Dibersihkannya ibunya tersebut dari semua hadast. Disuapinya sang ibu dengan makanan yang terbaik yang ia miliki. Diperlakukannya ibunya tersebut dengan penuh kasih. Dan semuannya ia lakukan dengan penuh ikhlas. Semuanya dilakukan karena rasa cintanya pada sang ibu dan hanya mengharapkan ridho Allah. Namun entah apa yang mendorongnya hari itu bartanya kepada Umar : “Apakah pengabdianku sudah cukup untuk membalas budi ibuku?”
Umar bin Khatab lalu menjawab : “Tidak! Tidak cukup! Karena kamu melakukannya sembari menunggu kematiannya, sementara ibumu merawatmu sembari mengharap kehidupanmu.”
Demikianlah, tidak ada kata cukup untuk membalas cinta seorang ibu. Tidak ada budi yang sepadan dengan kasih sayang yang diberikan ibu kita. Karena cintanya berasal dari pertaruhan. Cinta yang lahir diantara hidup dan mati. Ia lalu tumbuh dalam harapan dan do’a.
Tidaklah heran jika kemudian posisinya begitu istimewa. Kewajiban mencintai orang tua dan berbuat baik kepadanya, di turunkan oleh Allah persis setelah perintah tauhid. Keridhaannya selalu berimbas pada keridhaan Allah.
Ibu adalah sosok manusia yang paling pantas mendapat cinta kasih terbaik kita. Sebab kita semuanya mengerti bahwa yang sekarang mengalir di urat nadi kita adalah juga darahnya. Didalamnya terangkum begitu besar pengorbanan dan cinta. Maka sudah seharusnya, jika cinta kepadanya kita letakan di tempat yang tinggi. Lebih dari cinta kepada ayah, saudara, istri dan orang-orang lain yang kita kasihi. Letaknya hanya setingkat dibawah cinta pada Allah dan Rasul-Nya. Bukanlah benda yang dianggap keramat seperti pohon, batu, keris dan kuburan tempat untuk meminta dan memohon do’a. Semuanya itu tidak mengabulkan apa-apa. Karena di dunia ini tidak ada yang lebih keramat dari pada do’a seorang ibu. Karena do’anya langsung terdengar kelangit ketujuh. Karena do’a seorang ibu selamanya terkabul. Dan kita semua maklum, karena memang cinta seorang ibu pada anaknya sangatlah sempurna, makanya wajar jika do’anya juga terkabul begitu sempurna.

Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia.

Kasih ibu memang seperti mentari. Ia abadi, tidak punya sekat dan batas. Tanpa jeda dan spasi. Cintanya punya satu perhentian saja, yaitu ketika Allah sudah menyuruhnya berhenti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar